Post entry kali ini adalah untuk kita sama-sama mengenali maksud yang sebenar di sebalik ibadah Qurban yang disambut oleh umat Islam di seluruh dunia pada 10 Zulhijjah setiap tahun.. Mungkin sebelum ni bila sebut saja tentang Raya Haji atau Raya Qurban apa yang kita faham ialah masa umat Islam tunaikan rukun Haji dan membuat penyembelihan binatang tertentu bagi perlaksanaan ibadah Qurban.. Tahu kah kita tentang hikmah disebalik perlaksanaan Ibadah ini ???......
Maksud Qurban
Menyembelih binatang ternakan yang terdiri dari unta, lembu, kambing dan kibas yang sampai *umur pada Hari Raya Qurban (Aidil Adha) 10 Zulhijjah selepas sembahyang sehinggalah gelincir matahari hari terakhir tasyrik iaitu 13 Zulhijjah dengan tujuan mendekatkan diri kepada Allah.
* umur binatang yang boleh diqurbankan
Unta 5 tahun ke atas – 7 bahagian
Lembu, kerbau 2 tahun ke atas – 7 bahagian
Kambing 2 tahun ke atas – 1 bahagian
Bebiri, kibas 1.5 tahun ke atas – 1 bahagian
Ditegah berqurban dengan binatang yang cacat, berpenyakit, patah anggotanya dan terlalu kurus.
Sunat-Sunat Ketika Menyembelih Binatang Qurban
- Membaca Bismillah
- Selawat ke atas Nabi
- Menghadap Kiblat
- Bertakbir
- Berdoa supaya diterima ibadah Qurban.
Nota : Daging qurban yang di niat nazar oleh orang yg bernazar, hendaklah disedekahkan semuanya. 1/3 daripada daging qurban sunat boleh dimakan oleh mereka yang berqurban dan selebihnya disedekahkan kepada fakir miskin, boleh juga disedekahkan kepada orang kaya mengikut mahzab syafie. Mereka yang melakukan ibadah qurban disunatkan menyaksikan penyembelihan binatang qurban tersebut seperti mana sabda Rasullah s.a.w :
"Wahai Fatimah!, berdirilah di sisi qurbanmu dan saksikanlah, sesungguhnya titisan darahya yang pertama itu pengampunan bagimu atas dosa-dosa yang telah lalu." (Riwayat Bazzar dan Ibnu Hibban)
Menyaksikan sendiri perlaksanaan qurban tidak termasuk dalam syarat-syarat ibadah qurban.
Imam Khatib didalam kitabnya Mughni Al-Muhtaj menyatakan, disunatkan bagi mereka yang melaksanakan qurban untuk menyembelih sendiri binatang qurban tersebut, sekiranya tidak mampu disunatkan bagi mereka menyaksikan penyembelihan itu.
Hikmah Qurban
Ada sekian banyak hikmah yang dapat kita petik dari pelaksanaan ibadah qurban ini. Berikut adalah sebahagian hikmah-hikmah yang terkandung di dalam ibadah Qurban:
1. Keikhlasan dan ketulusan
Yang sangat mengagumkan dari peristiwa sejarah qurban Nabi Ibrahim adalah keikhlasan dan ketulusan dalam menjalankan perintah Allah tanpa ada rasa berat hati, beban, ataupun ketidak tulusan dalam menjalankan perintah Allah . Memang Nabi Ibrahim sebagai manusia tentu akan merasa berat ketika mendapatkan perintah dari Allah untuk menyembelih anaknya, yaitu nabi Ismail. Tapi kecintaan, keimanan dan ketaatan Nabi Ibrahim kepada Allah jauh lebih besar daripada kecintaan terhadap anak, isteri, harta, bahkan dunia dan seisinya, menjadikan perintah yang terasa berat tersebut terasa ringan, juga disisi lain Nabi Ibrahim pun yakin bahawa Allah tidak akan mensia-siakan mereka dan Allah akan memberikan yang terbaik untuk mereka.
2. Kesabaran
Bila kita renungi, peristiwa yang terjadi kepada Nabi Ibrahim dengan adanya perintah untuk menyembelih anaknya merupakan suatu peristiwa luar biasa yang memerlukan tingkat kesabaran yang luar biasa. Apatah lagi anak yang harus diqurbankan adalah seorang anak soleh yang telah dinanti-nantikannya selama puluhan tahun, dan ketika apa yang mereka nanti-nantikan tersebut hadir, lalu ada perintah untuk menyembelihnya, tentu ini merupakan suatu hal yang sangat berat dilakukan untuk ukuran manusia biasa.
Yang luar biasa adalah kesabaran ini bukan hanya dimiliki oleh Nabi Ibrahim saja, tetapi dimiliki oleh seluruh keluarga, baik anaknya sebagai orang yang menjadi qurban, ataupun isterinya sebagai seorang ibu yang telah melahirkan anak yang akan diqurbankan. Sekali lagi dalam menjalankan perintah ini sangat dituntut adanya kesabaran yang luar biasa, dan hal ini sudah dibuktikan oleh keluarga Nabi Ibrahim, sebagaimana yang dikisahkan Allah dalam Al-Quran : "Maka tatkala sang putera itu berumur dewasa dan mampu berusaha bersama Ibrahim, Ibrahim berkata: "Hai anakku, sesungguhnya aku bermimpi aku menyembelihmu, maka fikirkanlah bagaimana pendapatmu!". Ia menjawab: "Hai bapaku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar.
Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipisnya, Kami berseru dan memanggilnya: "Hai Ibrahim, sesungguhnya kamu telah meyakini mimpi kamu itu. Sesungguhnya demikianlah, Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ini benar-benar merupakan ujian yang nyata. Dan Kami tebus putera itu dengan seekor (kambing) sembelihan yang besar. Dan Kami abadikan untuk Ibrahim itu (pujian baik) di kalangan orang-orang yang datang kemudian". (Ash-Shaaffaat: 102-108).
3. Ketaatan
Perintah yang dijalankan Nabi Ibrahim untuk menyembelih anaknya yang dicintai membuktikan ketaatan yang luar biasa kepada Allah. Nabi Ibrahim telah menjadikan Allah diatas segala-galanya, termasuk anak dan isterinya. Allah berfirman dalam surat Al-Baqarah ayat 131 : Ertinya : "Ketika Tuhannya berfirman kepadanya: "Tunduk patuhlah!" Ibrahim menjawab: "Aku tunduk patuh kepada Tuhan semesta alam".
Dalam surat Al-Baqarah ayat 133 Allah berfirman : Ertinya : "Adakah kamu hadir ketika Ya'qub kedatangan maut, ketika ia berkata kepada anak-anaknya: "Apa yang kamu sembah sepeninggalku?" Mereka menjawab: "Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu, Ibrahim, Ismail dan Ishaq, Tuhan Yang Maha Esa dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya".
Demikian pula halnya dengan si isteri yaitu Hajar, wanita solehah yang mempunyai ketaatan yang luar biasa kepada Allah , ketika mendengar perintah Allah dari suaminya beliau tidak berusaha menentangnya, kerana ini adalah perintah Allah yang harus ditaati. Begitupun dengan anaknya yang akan menjadi "qurban" tidak berusaha untuk mencegah atau mempengaruhi ayahnya untuk tidak melaksanakan perintah tersebut, malah sebaliknya, ia meyakinkan ayahnya, bahawa jka memang itu adalah perintah Allah , maka harus dilaksanakan. Allah mengabadikan perkataan Nabi Ismail kepada ayahnya dalam Al Quran sehubungan dengan peristiwa ini : Ertinya :"Maka tatkala si putera itu berumur dewasa dan bisa berusaha bersama Ibrahim, Ibrahim berkata: "Hai anakku, sesungguhnya aku bermimpi aku menyembelihmu, maka pikirkanlah bagaimana pendapatmu!". Ia menjawab: "Hai bapaku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar." (Ash-Shaffat: 102).
Itulah ketaatan yang dicontohkan oleh keluarga Nabi Ibrahim yang merupakan contoh ketaatan yang harus diteladani. Dan buah dari ketaatan ini adalah sebagaimana yang difirmankan Allah : Ertinya : "kesejahteraan dilimpahkan atas Ibrahim." (Ash-Shaffat: 109).
4. Pengorbanan
Kisah penyembelihan seorang anak oleh ayahnya disebabkan ketaatannya kepada Allah merupakan kisah pengorbanan yang luar biasa. Pengorbanan yang bukan hanya dibuktikan oleh Nabi Ibrahim saja sebagai seorang ayah, tapi juga dibuktikan oleh Ismail dan Hajar sebagai seorang anak dan isteri. Ibrahim sebagai seorang ayah tentu tidak akan mau membunuh seseorang yang menjadi darah dagingnya sendiri, apalagi yang akan diqurbankan adalah orang yang selama ini dinanti-nantikan selama puluhan tahun.
Begitupun dengan Hajar, si ibu, tentu tidak akan pernah berharap atau membayangkan bahawa anak satu-satunya yang dinanti-nantikan akan diqurbankan oleh ayahnya sendiri. Ismailpun sebagai seorang anak yang masih muda tidak akan pernah membayangkan bahawa suatu saat nyawanya akan terlepas dari jasad oleh ayahnya sendiri. Tapi demi ketaatan kepada Allah yang mereka sendiri yakin bahwa Allah tidak akan menzalimi hambanya maka mereka pun ikhlas menjalankan perintah Allah.
5. Keimanan
Ketaatan adalah buah dari keimanan, keimanan hadir dari keyakinan, dan keyakinan tumbuh kerana adanya hujah dan pembuktian. Keimanan keluarga Nabi Ibrahim merupakan keimanan yang didasarkan pada keyakinan yang dalam karena mereka telah melihat bukti nyata tentang kekuasaan Tuhan yang diyakini dan diimaninya. Dunia dan seisinya adalah bukti kebesaran Tuhan, bahkan alam semesta yang memiliki berjuta-juta galaksi merupakan bukti yang nyata akan kekuasaan Tuhan.
Itu semua adalah bukti yang membuahkan keimanan pada diri Nabi Ibrahim. Allah telah mengisahkan dalam surat Al-An'am ayat 75-79 tentang pencarian Tuhan yang dilakukan Nabi Ibrahim, yang menjadikan alam semesta sebagai pembuktian adanya Tuhan. Ertinya : "Dan demikianlah Kami perlihatkan kepada Ibrahim tanda-tanda keagungan di langit dan bumi dan agar dia termasuk orang yang yakin. Ketika malam telah gelap, dia melihat sebuah bintang dia berkata: "Inilah Tuhanku", tetapi tatkala bintang itu tenggelam dia berkata: "Saya tidak suka kepada yang tenggelam."
Kemudian tatkala dia melihat bulan terbit dia berkata: "Inilah Tuhanku". Tetapi setelah bulan itu terbenam, dia berkata: "Sesungguhnya jika Tuhanku tidak memberi petunjuk kepadaku, pastilah aku termasuk orang yang sesat." Kemudian tatkala ia melihat matahari terbit, dia berkata: "Inilah Tuhanku, ini yang lebih besar". Maka tatkala matahari itu terbenam, dia berkata: "Hai kaumku, sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan. Sesungguhnya aku menghadapkan diriku kepada Rabb yang menciptakan langit dan bumi, dengan cenderung kepada agama yang benar, dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan."
Disisi lain, Allah telah memberikan bukti secara langsung kepada Nabi Ibrahim yang semakin menambah keyakinan dan keimanannya, sebagaimana yang dikisahkan dalam Al-Quran surat Al-Baqarah ayat 260 : Ertinya : Dan ketika Ibrahim berkata: "Ya Tuhanku, perlihatkanlah kepadaku bagaimana Engkau menghidupkan orang-orang mati." Allah berfirman: "Belum yakinkah kamu?" Ibrahim menjawab: "Aku telah meyakininya, akan tetapi agar hatiku tetap mantap.
Allah berfirman: "ambillah empat ekor burung, lalu cincanglah semuanya olehmu. "Lalu letakkan diatas tiap-tiap satu bukit satu bahagian dari bahagian-bahagian itu, kemudian panggillah mereka, nescaya mereka datang kepadamu dengan segera." Dan ketahuilah bahawa Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana." Buah dari apa yang dialami oleh Nabi Ibrahim adalah keimanan dan keyakinan yang sangat dalam kepada Allah , sehingga dari keimanan dan keyakinan yang dalam kepada Allah , melahirkan hal-hal sebagaimana yang telah disebutkan di atas, iaitu ketulusan dan keikhlasan, kesabaran, juga ketaatan. Sehingga apapun bentuk yang diperintahkan Allah, nescaya akan dilaksanakan dengan penuh keikhlasan, kesabaran dan ketundukan. Dan kisah pengorbanan Nabi Ibrahim merupakan pembuktian terunggul keimanannya kepada Allah.